[Review Buku] Narasi 2021 by Tenderlova -->

[Review Buku] Narasi 2021 by Tenderlova

Narasi, Memulai Sebuah Akhir

Hi yeorobun! Kali ini gue mau nge-review karya lain dari Tenderlova (again and again and again - 2PM :D). Buku yang hadir untuk melengkapi kisah sebelumnya ini berjudul Narasi 2021. Jadi, Narasi 2021 merupakan lanjutan dari Buku berjudul Tulisan Sastra, tapi point of viewnya aja yang berbeda. Untuk Narasi 2021, point of viewnya adalah tokoh bernama Adinata. Btw, gue sebelumnya juga udah pernah nge-review Buku Tulisan Sastra. Dan kalian yang belum baca, bisa baca di sini.

Review Buku Narasi 2021 by Tenderlova
Details Narasi 2021 by Tenderlova

Oke deh, kalau gitu langsung aja kita bahas bukunya, check this out!!!

Sinopsis


Nyatanya semua ingatan masih tentang 'dia.' Dia yang tidak suka hujan, dia yang enggan memakai jas hujan pink milik adiknya, dia yang tak keberatan menghabiskan es kiko rasa anggur, dan dia yang sangat mencintai dirinya sendiri lebih dari apapun.

Juga tentang kenapa harus selalu Adinata, kenapa harus Sahara orangnya padahal sosok lebih baik seperti Gayatri atau Malika pun ada, kenapa harus ada Bumi, Rumpi, dan Magandhi, dan derasnya pertanyaan-pertanyaan lain yang muncul dalam benak Adinata. Semestinya Adinata paham alasan dibalik hal-hal itu jauh lebih cepat. Sehingga tak ada ruang kehampaan, tak ada alasan memaki diri sebab merasa kewalahan, hingga tak akan ada istilah menyentuh kembali luka yang sepenuhnya belum mengering. 

Ironi memang, semesta memainkan drama sedemikian rupa dengan pilihan ending skenario yang paling memilukan. Adinata merasa, selalu ada yang melesat setiap kali pagi menghilang. Bukan butir embun yang menggumpal di lengkung dedaunan, melainkan wajah 'dia' yang selalu hadir lewat mimpi dari dimensi yang berbeda. Layaknya kopi yang sempurna karena rasa pahitnya, begitulah pahitnya kehidupan di mata seorang Adinata karena kehilangan Abang tercinta. 

Review Buku Narasi 2021 by Tenderlova
Sinopsis Narasi 2021 by Tenderlova

Let's Talk About This Book!


Review Buku Narasi 2021 by Tenderlova
Let's Talk About Narasi 2021 by Tenderlova

Review Buku Narasi 2021 by Tenderlova
Let's Talk About Narasi 2021 by Tenderlova

1. Gue suka sama font yang dipilih, apalagi font judul di setiap chapterGue suka karena di dalam buku ini ada daftar isinya. Gue juga suka dengan beberapa ilustrasi yang ditampilkan. Jadi overall, secara look gue suka. Meskipun, as always typo selalu masih ada.

2. Berbeda dari buku sebelumnya, perasaan gue saat membaca buku ini lebih didominasi oleh rasa sedih. Dari awal chapter sampai akhir, gue merasakan kehampaan serupa apa yang dialami Adinata.

3. Konflik yang diangkat oleh penulis dekat dengan kehidupan kita. Misalnya tentang friendship,susahnya mencari pekerjaan, caranya bangkit dari kegagalan, stereotip-stereotip tentang calon pendamping hidup, toxic parent, proses pencarian jati diri hingga mencintai diri sendiri, pentingnya sebuah kepedulian, dan rumitnya kisah cinta yang tak direstui.

Cari pekerjaan yang kamu senangi. Maka seumur hidup, kamu hanya akan dibayar untuk bersenang-senang. (Bapak, hlm:7)

Menghindari sebuah kegagalan itu omong kosong, Van. Bahkan kalau kamu mencapai titik berhasil, bisa jadi kamu akan gagal lagi. Gagal untuk hal lain. (Malika, hlm:38)

4. Alur yang digunakan mostly adalah alur maju.

5. Oh iya, menurut gue kisah kucing-kucingnya Jovan sudah selayaknya patut diapresiasi. Konsepnya jadi kayak Novel The Traveling Cat Chronicles dan jujur seru banget hehe. Gue suka kalau Rinso udah ngegalau banget mikirin si Bambang atau pas lagi kangen Sastra. Gue juga suka kalau Rinso, Soleh, sama Molto udah random ngomongin banyak hal. Kayaknya, salah satu scene yang paling gue tunggu selain kocaknya Suyadi Bersaudara ya kisah kucing-kucingnya Jovan ini.

Aku hanya berharap, kita bisa bahagia dengan jalan yang sudah kita pilih sekarang. (Rinso to Bambang, hlm:126)

6. Petuah-petuah dari Pak Suyadi akan selalu jadi favorit gue. Nggak hanya petuah Bapak, pesan-pesan yang disampaikan oleh tokoh lainnya juga tak kalah inspiratif.

Semua orang gagal dengan cara dan takaran yang berbeda. Kita semua menangis. Waktu dan rasa sakitnya saja yang nggak sama. Kamu nggak perlu khawatir, kamu nggak sendirian. Hari ini, ada bapak-bapak yang menangis lebih hebat dari kamu karena nggak bisa bawa pulang nasi bungkus buat makan malam dia dan keluarganya. Hari ini, ada laki-laki yang pulang dengan meratap karena perasaannya tidak diterima sebagaimana mestinya. (Bapak, hlm:39)

Kalau tahu salah itu minta maaf, terus jangan diulangi lagi. Bukan cari pembenaran. (Bang Tama, hlm:185)

Yang perlu ditinggikan itu bukan tubuh, tapi perasaan simpati dan empati kita sebagai manusia. (Kak Ros, hlm:47)

Nggak ada istilah rugi untuk berbuat baik, Na. Ingat kalau kita punya Tuhan yang siap mengcover segala hal baik yang pernah kita perbuat, dengan sesuatu yang jauh lebih baik lagi. (Mas Jovan, hlm:230)

Buat Abang, cukup kita jadi seperti ini. Menikmati apa yang kita punya semampu kita. Cukup karena muluk pasti membutakan setiap pasang mata. (Bang Sastra, hlm:29)

7. The best part dari buku ini adalah ketika penulis menghadirkan kisah tentang Bumi, Rumpi, dan Magandhi. Meskipun gue jadi sedih karena kembali diingatkan pada sosok Sastra, tapi paling nggak energi gue jauh lebih baik pas ngebayangin anak-anak yang ada di sana bisa berbahagia. Setidaknya mereka punya mimpi yang bisa dikejar dan ada harapan untuk hidup lebih baik. 

Kalau seandainya kita nggak bisa wujudin mimpi kita sendiri, kita bantu anak-anak ini buat wujudin mimpi yang mereka punya. (Sastra, hlm:234)

8. Analogi-analoginya keren!!! Analogi cocok dan pas dengan sebuah sepatu akan selalu gue ingat sih hehe. Awalnya gue bingung sama kalimat 'cocok adalah rasa dan pas adalah bentuk yang pasti', karena menurut gue keduanya sama, di KBBI pun gue cek juga keduanya punya arti yang sama. Tapi, pas Nana menganalogikan itu dengan sepatu, gue baru bisa paham kalau sebuah kata yang serupa pun bisa punya makna yang berbeda tergantung dengan situasinya (Hlm:90). Ada juga analogi tentang kapak dan pisau cukur (Hlm:3), atau analogi tentang pola asuh anak ala Pak Burhan (Hlm:220).

Semua orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Tapi kamu terlalu mendikte, terlalu keras mempertahankan pola pikirmu itu. Bahkan burung yang kamu kasih makan nasi selama berbulan-bulan pun pasti akan mati. Padahal kamu cuma mau dia kenyang. Kamu nggak tahu bahwa selama ini makanan yang kamu kasih salah. (Pak Burhan, hlm:220)

9. Penulis juga menyuguhkan diksi dan syair-syair klasik indah. Misalnya, di halaman 22 atau halaman 70.

Cinta itu diisi oleh lembah-lembah curam dan pegunungan. Terjal adalah syair di setiap perjalanan yang ditempuh. Sulit adalah cumbu rayu yang tak terelakkan. Tapi sayup-sayup cengkrama burung di langit biru menjadi teman yang paling setia. Daki gunung, turuni lembah. Jalani semampunya. Jika lelah, pandangi burung-burung yang terkepak sayapnya di udara; segalanya akan sampai. (Hlm:70)

10. Jujur, semua chapter bisa bikin nangis, even pas Suyadi Bersaudara kumpul pun energinya banyak sedih dan hampa. Ibarat kata tuh bahagianya nggak utuh, ada yang kurang. Apalagi Chapter ini ---> "Kata Abang, Tidak Apa-apa untuk Bersedih."

Nangis sampai kamu nggak bisa mendengar suara tangismu sendiri. Kamu boleh nangis seolah-olah itu adalah hari terakhir kamu bisa nangis. Tapi hanya hari itu aja, Na. Hanya hari itu kamu boleh terpuruk. Detik setelah tangismu selesai, semua kehidupanmu harus tetap berlanjut. Jantungmu harus tetap berdetak dan hatimu harus tetap mencintai. Dan semua mimpi-mimpi yang kamu punya selama ini, harus tetap berjalan. (Sastra, hlm:263)

11. Penguatan karakter setiap tokoh diperjelas dengan keyakinan yang dianut masing-masing tokohnya. Dengan adanya penjelasan tentang keyakinan ini, novelnya jauh lebih hidup dan menggambarkan dengan jelas bahwa latarnya terjadi di Indonesia. Karena kebetulan mayoritas penduduk Indonesia punya keyakinan yang sama dengan keluarga Pak Suyadi ini. 

Di dalam surah Al-Insyirah bahkan udah jelas-jelas ada, 'sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan' ditulis dengan tegas sampai dua kali. (Tama, hlm:226)

12. Pas baca buku ini gue diingatkan dengan banyak hal. Bisa berupa nasihat baik ataupun hal-hal random seremeh Cetta yang les di Hari Minggu. Ini mah genrenya jadi beneran realistic fiction. Buku ini fiksi tapi konfliknya benar-benar nyata.

a. Pas baca Cetta les Hari Minggu itu gue langsung dalam hati ngomong, 'eyyy dasar anak pinter, weekend-weekend masih aja les'. Gataunya, si Nana habis itu nyeletuk, 'les apaan Hari Minggu?' Dan bagian ini tuh ngingetin gue sama teman-teman gue yang pinternya 11 12 sama Cetta. Waktu weekendnya pun digunakan untuk belajar atau ganti hari kalau pas weekdaynya mereka berhalangan hadir. Gue juga jadi ingat kalau tiap mau Ulangan Semester gitu pasti pas Hari Minggu lesnya masuk, hadehhhhh :D

b. Selain itu, doanya Lestari pas pensi secara tiba-tiba ngingetin gue sama lagunya Wayv yang berjudul Horizon. Di situ kan Lestari bilang kalau mustahil langit yang kokoh akan bertemu bumi yang damai. Di situ gue langsung ngebatin, 'nggak kok, lo berdua tetap bisa bertemu lewat garis lurus yang namanya horizon'. (Official Audio of Horizon - Wayv)


Tuhan, bukankah sungai selalu bertemu laut dan lembah bertemu gunung? Karena dia adalah langit sementara aku adalah bumi, maka jadikan saja aku bumi yang damai dan ia langit yang kokoh. Tidak masalah kalau tidak ada pertemuan di antara kami asal... jadikan kami sama-sama bahagia dengan cara kami. Bahagia yang kami pahami. (Lestari, hlm:202)

The Memorable Lesson


1. To Fall in Love with Yourself is The First Secret to Happiness. (Robert Morely)

Menurut psikolog Deborah Khoshaba Psy.D, self-love adalah kondisi ketika kita dapat menghargai diri sendiri dengan cara mengapresiasi diri secara fisik, psikologis, dan spiritual (Psychology Today, 2012). 

Cinta bukan pokok sebuah hubungan dengan orang tertentu; itu adalah sebuah sikap yang menentukan keterkaitan seseorang dengan dunia secara keseluruhan. Jika aku benar-benar mencintai seseorang, aku mencintai semua orang, aku mencintai dunia, aku mencintai hidup. Jika aku bisa mengatakan pada orang lain, 'aku mencintaimu', mestinya aku bisa mengatakan, 'aku mencintai kalian, aku mencintaimu dunia, aku mencintaimu juga diriku sendiri'. The Art of Loving (Seni Mencintai by Erich Fromm)

Sebenarnya, tentang mencintai diri sendiri ini lebih erat kaitannya dengan sosok Sastra. Bahkan password laptop Sastra aja juga apresiasi untuk dirinya sendiri. Adinata memperkenalkan sosok Abangnya itu sebagai seseorang yang begitu mencintai dirinya sendiri lebih dari apapun.

Dengan adanya Bumi, Rumpi, dan Magandhi pun cukup menjadi bukti bahwa Sastra merupakan orang yang punya self love bagus. Dia mampu menyeimbangkan hidupnya dan membuat hidupnya bahagia dengan melakukan kegiatan yang dia sukai, misalnya, berbuat baik pada sesama, bermain musik, dan menikmati waktu dengan orang yang dia kasihi.

Sesekali kamu harus lihat cermin dan tersenyum buat diri kamu sendiri. Sambil berkata dalam hati, 'kamu hebat sekali'. Itu cara sederhana untuk menghargai diri sendiri. (Sastra, hlm:45)

2. You Can't Change The Toxic Behavior of Your Toxic Mother but You Can Decide How You Respond.

Toxic parenting merupakan pola asuh di mana orang tua memperlakukan anaknya dengan tidak hormat sebagai individu, dimana orang tua egois tanpa memikirkan perasaan anak, serta kurang menghargai hak berpendapat pada anak. 

Susan Forward (2002:17) mengatakan bahwa orang tua yang dikategorikan sebagai orang tua toxic mempunyai ciri-ciri seperti; memperlakukan anak layaknya orang yang bodoh, tingginya hasrat melindungi dan secara tidak sadar justru mengekang anaknya, terlalu membebani anaknya tentang hubungan timbal balik antara orang tua dan anak, membuat anaknya merasa bersalah dengan kesalahan yang mereka perbuat lalu diungkit terus menerus oleh orang tuanya, mengatakan kata-kata yang membuat anak tidak percaya diri dan merasa tidak dicintai oleh orang tuanya sendiri, lalu ciri yang terakhir yaitu, sebagian orang tua terkadang memukul anaknya ketika anaknya membuat kesalahan. 

Anggap ini sebagai balas budi kamu sebagai anak ibu. Kamu harus berbakti sama ibu. Sembilan bulan ibu mengandung kamu, ibu yang melahirkan, ibu juga yang susuin kamu, ibu yang merawat kamu. (Emaknya Gayatri, hlm:133)

Lantas kalau kita punya ibu seperti ibunya Mbak Aya gimana? Kalau kita bisa menghandle hal itu, cukup untuk menuruti apa yang ibu kita inginkan. Tapi kalau tidak mampu memenuhi keinginan itu, pahami saja kondisi beliau. Kalau ada kesempatan ajak ngobrol sekaligus memperkuat bonding antara ibu dan anak, cara terakhir adalah bersabar dan berdoa. Tak ada yang bisa meluluhkan hati manusia selain Sang Pemberi Rasa, kan? Kalau kata Nana sih gini, 

Perbedaan itu diciptakan untuk dihargai, Aya, bukan untuk disamakan. Tapi kamu bisa membantu ibu kamu melihat cara berpikir kamu dari sudut pandang lain. Sampai akhirnya ibu kamu paham, bahwa itu yang benar-benar kamu mau. (Adinata, hlm:136)

3. One Day You Will Realize That Material Things Mean Nothing. All That Matters is The Well Being of The People in Your Life.

Perlukah memilih pendamping hidup yang sudah mapan? Sebenarnya mengenai masalah ini kembali ke pendapat masing-masing orang. Tapi perlu dipahami, lebih dari materi semata, yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah perilaku orang tersebut dan bagaimana kesiapan mentalnya membina rumah tangga kelak. Selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh pakar keuangan, Prita Ghozie, menurutnya yang menjamin bahagia itu bukan hanya uang, kasih sayang dan pehatian pun bisa bikin bahagia. Karier yang mapan punya pengertian tak harus kaya atau memiliki jabatan yang tinggi. Jika orientasinya terbatas pada uang dan jabatan, maka pemikiran seperti itu membuat manusia tidak akan cepat puas.

Definisi hidup enak yang bener itu, sewaktu kita bisa menikmati hidup yang kita punya sesuai versi yang kita bisa. (Sastra, hlm:110)

Padahal, pengertian mapan dalam KBBI itu tidak melulu soal finasial. Mapan dalam KBBI berarti stabilitas atau tidak goyah. Stabil itu artinya fondasinya kuat untuk bertumbuh ke atas. Jadi mapan yang dibicarakan ibunya Gayatri hanya berorientasi pada uang dan jabatan, yang ia pahami bukan prosesnya tapi hasil yang bisa dilihat langsung oleh mata telanjang manusia. 

Jika ditelisik lebih jauh, seseorang yang sudah punya rencana kehidupan di masa depan, lalu paham dengan jalur-jalur yang akan dilewati dan will fight for it bisa juga dikatakan mapan. Menurut gue, Adinata sudah bisa dikatakan mapan, dia sudah bisa menyisihkan beberapa persen royalti dari buku-bukunya untuk investasi jangka panjang. Beberapa penghasilannya pun dibagi lagi, diantaranya ada rekening untuk anak dan persiapan dana darurat untuk keadaan-keadaan genting.

4. Please Don't Waste Food Because So Many Needy Hands are Waiting For It and Sleeping With Empty Stomach.

Review Buku Narasi 2021 by Tenderlova
The Memorable Lesson of Narasi 2021 by Tenderlova

Perkara es kiko rasa anggur menurut gue sudah selayaknya mendapat perhatian. Benar apa kata Mama, 

Jangan sampai kita pemborosan apalagi buang-buang makanan. (Mama, hlm:181)

Faktanya, selaras apa yang disampaikan pengamat sosial Dr. Devie Rahmawati (2002),  Indonesia menjadi negara kedua tertinggi di dunia yang menghabiskan banyak sekali sisa makanan mubazir. Bahkan tinggi Tugu Monas yang mencapai 117 m saja kalah dengan tinggi makanan-makanan itu yang mencapai 514 m.

5. Fair isn't Everybody Getting The Same Thing. Fair is Everybody Getting What They Need To Be.

Menurut W.J.S. Poerwodarminto, kata adil berarti tidak berat sebelah, harus tidak ada kesewenang-wenangan dan tidak memihak. Jadi, keadilan pada dasarnya memperlakukan seseorang atau pihak lain sesuai dengan hak-hak mereka, artinya adil itu tidak harus sama.

Dibalik bijaksananya Mama, ternyata Mama juga seorang ibu yang kerap membandingkan anak-anaknya. Di buku sebelumnya tertulis dengan jelas bahwa Cetta acap kali marah ketika Mama membanding-bandingkan dirinya dan Jaya. Karena bagi Cetta, dia dan saudara-saudara tumbuh dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitupun Jaya. Sedangkan di buku ini, diperjelas dalam Chapter Cerita Dari Anak Kedua. Eros pernah mendengar curahan hati jaya yang merasa tidak diperlakukan dengan adil.

Sepatutnya kita berkaca dan belajar pada Sastra. Sastra memahami betul definisi adil itu bagaimana dan seperti apa. Cara Sastra mecintai adik-adiknya begitu adil dan sesuai apa yang adik-adiknya butuhkan. Sastra memberi surat-surat khusus untuk Adinata, Sastra jadi partner game untuk Cetta, dan Sastra selalu membelikan sukulen hanya untuk Jaya. 

Face Claim


Review Buku Narasi 2021 by Tenderlova
Character Map of Narasi 2021 by Tenderlova

Review Buku Narasi 2021 by Tenderlova
Character Map of Narasi 2021 by Tenderlova

*Note: Kisah di buku ini sama sekali tidak berkaitan dengan facial claim yang dipilih. Tujuan facial claim hanya untuk memudahkan pembaca memahami isi cerita fiksi yang dibuat.
___

Gue sangat merekomendasikan buku ini untuk kalian baca. Selain karena ceritanya menarik, banyak juga pesan moralnya. Keluarga Suyadi mengajarkan pada kita banyak hal, terutama tentang berbuat kebaikan pada sesama dan hidup dengan penuh rasa syukur. Jadi segitu aja review gue tentang Narasi 2021. See you on the next book review! See yaaa!

BONUS,

Cr: YouTube Foryutaeten with some improvements

0 Comments

About | Contact Us | Privacy Policy | Disclaimer | Sitemap