Hai yorobun... ada yang kangen sama review novel ala gue nggak? hehe
Soalnya gue kali ini mau review salah satu novel yang belakangan viral banget, bahkan trending nomor 1 di twitter selama beberapa hari. Sebulan yang lalu rasanya fyp TikTok gue penuh sama quote-quote dari novel ini. Isi kepala gue tiba-tiba juga penuh sama nama pemerannya, padahal gue belum baca sama sekali. Gue cuma lihat review orang-orang yang pada banjir air mata setelah baca AU-nya di twitter.
Sebelumnya gue mau jelasin dulu apa itu AU. Jadi, menurut artikel yang dilansir dari wolipop.detik.com, AU adalah kependekan dari Alternate Universe. Arti dari AU adalah sebuah cerita yang dibuat dengan dimensi yang berbeda dari yang seharusnya. Misalnya, member-member BTS dikisahkan lahir dan tinggal di Indonesia.
Menurut gue, AU ini kurang lebih kayak fanfict gitu sih konsepnya. Cuman platform dan cara menulisnya aja yang sedikit berbeda. Fanfict biasanya ditulis di wattpad, tapi kalo AU banyak yang nulis di twitter. Cara menulis fanfict lebih ke penjabaran, deskripsinya panjang. Tapi AU lagi-lagi beda, AU ditulis lebih singkat dengan menampilkan percakapan antar tokohnya lewat obrolan chat. Meskipun ngga sedikit yang pake penjabaran juga sih sama kayak di wattpad. Contoh AU kayak gini ya,
Kak dikta dan hukum pic.twitter.com/ENqoZMIFZY
— ara (@Kejeffreyan) August 5, 2020
Dan yorobun, setau gue AU ini adalah salah satu istilah yang ditemukan oleh fandom-fandom kpop pengguna twitter. Jadi nggak heran penulis kisah AU kebanyakan inspirasinya ya dari idol kpop, Dikta dan Hukum ini salah satunya. Penulisnya, yang biasa dipanggil Ara, punya imajinasi tersendiri tentang sosok pemeran utamanya, dan sosok itu juga idol kpop.
Dan karena alasan itu, akhirnya sempat ada masalah. Gue sebenernya nggak mau bahas hal buruk yang udah kejadian, tapi hal ini penting banget buat dijadiin pembelajaran. Terutama buat orang-orang yang belum bisa membedakan kisah fiksi dan kisah nyata. Kan gue tadi sempet bilang kalo inspirasinya Ara adalah idol-idol kpop, nah masalah muncul ketika sebagian orang menghubungkan kisah Dikta ke kehidupan nyata idol itu, kan jadi cranky banget, ganggu kehidupan idol itu juga kalo emang dia aware. Jadi seperti biasa gue ngebebasin kalian berimajinasi tentang sosok Dikta itu siapa dan seperti apa, gak harus Dikta kayak apa yang ada di imajinasi Ara ataupun gue, hehe. Tapi Dikta versi gue adalah orang ini, [maybe banyak yang samaan kayak gue :)]
[Dikta versi gue. Sama ya? (✿◠‿◠)] "Nadh, lo ngapain sih pake acara foto-foto gue?" |
Huft... lanjut ya yorobun, yang tadi itu cuma selingan biar sama-sama belajar dan paham, jadi nggak akan kejadian lagi. Lanjut sinopsis yuk, AYOK!!!
Eitsss hampir lupa, pembelian buku bisa klik link ini "Novel Dikta & Hukum by Dhia'an Farah"
SINOPSIS
Novel ini bercerita tentang tokoh bernama Dikta. Dikta ini digambarkan sebagai sosok yang sangat sempurna. Dikta itu pintar, kaya, baik, rajin, penyanyang, anak hukum, dan ganteng pula. Sayang seribu sayang, si sosok sempurna seperti Dikta sudah dijodohkan dengan seorang gadis kelas 3 SMA, Nadhira namanya. Lantas apakah Nadhira juga sesempurna Dikta? jawabannya jelas tidak, hehe. Dikta dan Nadhira itu bagaikan langit dan bumi.
Tidak hanya itu, hubungan keduanya semakin rumit karena Nadhira sudah mempunyai kekasih hati. Begitupun Dikta yang hanya menganggap Nadhira sebagai adik dan teman masa kecilnya saja. Begitulah perasaan keduanya berjalan, baik Dikta maupun Nadhira tak punya perasaan spesial satu sama lain.
Namun, seiring berjalannya waktu, Nadhira mulai menaruh hati pada Pradikta. Kali ini, Nadhira benar-benar jatuh cinta pada laki-laki yang biasanya hanya ia anggap sebagai kakaknya itu. Dari situlah kisah keduanya dimulai. Tarik ulur percintaan sudah pasti akan dibahas, rahasia besar Dikta akan terungkap, pun akhir kisah keduanya yang tak direstui oleh semesta.
What I Like About This Book?
1. Ada beberapa poin yang gue suka dari novel ini. The first one adalah cover bukunya. Menurut gue covernya indah banget, gradasi warna ungunya cantik. Dari cover itu gue juga udah ngrasain sesedih apa kisah di dalamnya.
2. Gue juga suka karna ada kisah persahabatan yang cukup kental. Honestly, gue lebih sedih baca kisah persahabatan geng "kapan ngopi?" daripada kisah cintanya Dikta sendiri, hehe. Gatau kenapa gue dapet aja gitu feel "bromance"nya. Gue jadi mikir, emang cowok-cowok ada ya yang sahabatan sampe segitunya?
Jangan nanyain Jeffrey ya, kalo ada Dikta pasti Jeff nggak ada, begitupun sebaliknya. Theo mana? anggep aja Theo yang motoin. |
Mereka pun nggak sungkan buat bilang sayang ke sahabatnya. Gue sebagai perempuan ngrasa gagal karena nggak pernah confess apapun ke sahabat gue, hehe. Gue ngerti it's not about gender. Perempuan maupun laki-laki berhak ngungkapin apapun yang ada di pikiran dan hatinya. Tapi balik lagi, laki-laki kan sosok yang dari awal punya label "manusia rasional", mereka lebih biasa gunain otak daripada perasaan. Jadi ketika gue tau kalo sahabat-sahabatnya Dikta segamblang itu bilang sayang ke Dikta, gue jadi melting like a butter (kok jadi gue yang melting? hehe). Intinya gue seneng dan terhibur, but at the same time feel bad for them, kasian :(
Ini beberapa dialog geng "kapan ngopi?" yang bikin gue sedih,
Tapi..., gue lebih kangen Dikta. Kangen ngopi bareng Dikta, kangen makan di warteg bareng Dikta,... (Halaman 233)
Ta, aing harus apa buat bantuin maneh? Atau gini deh, aing bersedia kasih sebelah ginjal aing buat maneh. Aing mau, Ta. Aing sama Johnny teh sayang ka maneh, Ta! Mau maneh sembuh, mau maneh bahagia. (Halaman 245)
Jangan tahan sendirian lagi ya, Ta? Makasih karena lo udah bertahan sejauh ini. Ayo terus bertahan, Ta. Gue dan yang lain bakal terus nemenin lo sampai sembuh total. (Halaman 254)
3. Di novel ini juga dibahas kalo laki-laki itu gak harus selalu terlihat kuat. Adakalanya mereka bisa terlihat rapuh, bahkan terpuruk akan sesuatu, tidak apa-apa. Mereka itu juga manusia, they are also have a feeling. Seperti apa yang pernah Dikta lakukan, hari dimana ia tidak dapat menahan perasaannya, hari itu dia menjadi sosok cengeng yang sangat bukan dirinya. Dalam hati dia berkata, "tidak apa-apa, hanya kali ini."
4. Selain itu, dari novel ini kita juga bisa belajar tentang pentingnya menjaga kesehatan. Perbanyak minum air putih, juga istirahat yang cukup, dan jangan begadang. Meskipun dari kasusnya Dikta, setau gue emang dia dari kecil udah punya penyakit bawaan. Tapi menurut gue, pola hidup Dikta juga nggak bener, padahal dia tahu kalau dia lagi sakit. Dia sering skip istirahat, terlalu memforsir kerja otak, kurang minum air putih, dia skip hemodialisa, jarang minum obat yang harusnya bisa jd teman sementaranya dia, dan Dikta juga nggak akan kontrol kalau nggak dipaksa. Gue ngrasa kalau Dikta itu emang udah nyerah sedari awal sama penyakitnya.
5. Poin ke-lima adalah, gue terpana dengan kesempurnaan pola pikirnya Dikta, hehehe. Berkat Dikta, si Nadhira aja berubah 180 derajat jadi orang yang lebih baik. Salah satunya, Nadhira jadi nggak mageran. Apa gue harus main dulu sama Dikta biar lebih rajin dan nggak mageran?
Dikta itu sosoknya dewasa dan berwawasan luas banget yorobun. Kayaknya kalau ngobrol bareng dia nggak akan habis bahan obrolannya. Mau ngomongin politik? bisa. Mau ngomongin hukum? of course dia bisa. Mau deep talk? obviously he can. Gue jadi inget pas Nadhira ngambek gegara dibeliin buku segunung, padahal dia prefer dibeliin skincare kayak cewek-cewek lainnya. Dari situ, Dikta mulai tuh ngajak ngobrol Nadhira lebih deep. Dia tanya ke Nadhira tentang definisi cantik itu seperti apa dan gimana caranya biar tetep kelihatan cantik sampai nanti tua.
Jangan nilai cantik dari wajah aja, ya. Banyak definisi cantik dari aspek yang lain. Sempurnain aspek lainnya itu. Lo harus berintelektual tinggi juga karena suatu saat lo akan jadi seorang ibu. (Halaman 62)
Cari dia yang mencintai karena bersihnya hati lo, Nadh. Kecantikan hati nggak akan pernah pudar seiring bertambahnya usia nanti. Dan kalau dia mencintai lo karena kecantikan hati, sampai tua pun dia masih akan terus jatuh hati sama lo. (Halaman 62)
Pas Dikta ngomong begitu, gue jadi inget quotenya Al Khawarizm, ilmuwan penemu angka 0. Jadi beliau ini pernah berbicara tentang "Matematika Wanita", begini bunyinya,
Kalau wanita berakhlak baik dan selalu berpikiran positif berarti nilainya satu (1)Kalau dia juga cantik, maka ditambahkan 0 dibelakangnya menjadi sepuluh (10)Kalau dia juga cerdas, maka ditambahkan 0 lagi dibelakangnya menjadi seratus (100)Kalau dia punya harta pula, juga ditambahkan 0 lagi dibelakangnya menjadi seribu (1000)Kalaupun wanita memiliki segalanya, tetapi tidak dengan poin pertama. Dia hanya menjadi 000 atau tak bernilai sama sekali.
So? you get the point of that?
Anyway, menurut gue Dikta itu wise banget anaknya. Makanya nggak salah kalau dia punya cita-cita jadi lawyer, dia bisa lihat masalah dari berbagai sudut pandang. Secara nggak sadar banyak banget petuah-petuahnya Dikta yang pengin gue bagi di sini. Bukan spoiler but this is very important for us, buat dijadiin pelajaran hidup.
> Ini kata-katanya Dikta yang sering banget diulang-ulang pas lagi jadi tutornya Nadhira,
Jawabnya yang pede, Nadh, belajar tuh gak apa-apa salah, yang gak boleh itu bohong. (Halaman 23)
> Dikta juga pernah diskusi sama Nadhira tentang sistem pendidikan di Indonesia. Nadhira nganggep kalau guru-guru di sekolah itu kebanyakan lebih menghargai anak-anak yang nilainya tinggi. Itulah kenapa, banyak siswa yang melakukan berbagai cara agar bisa mendapatkan nilai tinggi. Dan cara yang paling sering dilakukan adalah mencontek. Kira-kira gimana reaksi Dikta? Kurang lebih ginilah jawaban dia,
Jangan dibiasain nyontek dan bergantung sama orang lain, Nadh. Kan gue udah bilang, pemahaman materi itu lebih berharga daripada nilai yang dihasilkan. (Halaman 35)
Bukan cuma itu aja responnya Dikta. Dikta nambahin banyak banget petuah, macam motivator gitu, ini nih yang dia bilang,
Jangan pernah lo berpikir kalau jujur bakalan bikin hidup lo kerasa hambar. Jujur itu kunci utama kehidupan. Rapot itu cuma tinta hasil penilaian yang sifatnya cuma formalitas, kan? yang penting itu, gimana cara supaya ilmu lo bermanfaat bagi sekitar. (Halaman 36)
Perihal Dikta ngomongin tentang kejujuran, gue jadi inget Bapak Artidjo Alkostar. Beliau bilang kalau kejujuran itu memang tidak ada sekolahnya. Tidak ada juga pendidik yang mampu untuk mengajarkan tentang kejujuran. Satu-satunya cara untuk menjadi jujur adalah dengan menghidupkan kejujuran itu sendiri. Hati yang bersih menjadi kunci seseorang bisa hidup dengan jujur.
> Dikta juga pernah bilang gini yorobun, dan hal ini penting juga buat kita. Waktu itu situasinya si Nadhira pengin pulang sama Jeno, cuman sama Dikta nggak dibolehin karena Jeno cuma bawa satu helm.
Lo kesel kan sama gue? Maaf, ya. Jujur gue nggak bisa lepasin lo pulang naik motor dan nggak pakai helm. Bukan masalah ditilangnya, Nadh. Gue cuma nggak mau terjadi sesuatu yang buruk dan kepala lo nggak ada yang melindungi. (Halaman 37)
Selain itu, Dikta juga tsundere, diam-diam perhatian,
Tolong pastiin Nadhira sampai ke rumahnya dengan selamat, John. Dia pasti naik angkot warna biru di depan perempatan nanti. Tolong pastiin gak ada orang jahat didekat dia. (Halaman 202)
6. Selanjutnya.. poin ke-enam, gue suka karakter Nadhira yang lumayan bar-bar. Seolah-olah mematahkan stigma gue kalo cewek tuh harus selalu lembut, hehe. Tapi di waktu yang sama, Nadhira itu ternyata baperan parah. Pernah suatu ketika pas dia lagi baper-bapernya dan bingung sama perasaan dia ke Dikta, dia bilang gini,
Kak, lo jangan terlalu tau tentang gue, dong! Apalagi, detail-detail kecil dari gue. Gue nggak suka! (Halaman 51)
Dan jawaban Dikta kayak gini,
Cari cowok tuh yang tau detail dari lo. Kalau detail-detail dari lo aja nggak tau, gimana bisa ngehargain lo? (Halaman 52)
Dan kalimatnya Dikta itu menurut gue bener ya, hehe. Cinta itu membuat yang tak mungkin menjadi mungkin. Membuat yang aneh menjadi lumrah. Bahkan tak jarang membuat seseorang yang tak mudah ingat menjadi penghafal paling handal. Dan Dikta diam-diam menjelma jadi sosok seperti itu. Dia hafal segala sesuatu perihal Nadhira, Dikta adalah juaranya. Jadwal haid Nadhira, makanan favoritnya, keluarganya, bahkan tentang apapun yang mungkin tidak akan diingat oleh orang lain. Contohnya tentang bubur favoritnya Nadhira,
Gak usah pake kacang, sambelnya banyak, kecapnya sedikit, kerupuknya dipisah, pakai telor puyuh dua tusuk. Udah, udah gue pesenin. (Halaman 269)
7. Gue suka pas penulis menghadirkan sosok Sena di tengah2 cerita. Menurut gue, ceritanya menjadi semakin hidup karena banyak tokoh yang diceritakan. Dan Sena ini kan masih anak-anak ya, tapi peran dia di buku ini cukup berarti. Kalau nggak ada Sena, Dikta nggak mungkin bikin "Things to do." (Halaman 108)
Kalau Dikta nggak bikin "Things to do", mungkin nggak akan banyak kenangan yang bisa Dikta kasih ke orang-orang yang dia sayang sebelum dia "pulang". Dari sini kita juga bisa tau kalau belajar itu sumbernya bisa dari mana aja. Bisa dari orang yang punya banyak pengalaman, dari orang yang lebih tua dari kita, atau bahkan dari anak kecil yang lugu seperti Sena.
8. Endingnya gue juga suka, menurut gue endingnya bijak banget. Ibaratnya kayak gini, setelah hujan lebat kuhadirkan indahnya pelangi. Atau bahasa yang lebih manusiawi ya gini, "tidak ada yang abadi perihal kebahagiaan, begitu pula dengan kesedihan."
9. Ada juga special chapter yang diupload secara berkala di situs web. Sejauh ini udah ada dua chapter tambahan yang nggak ada di buku.
What I (Almost) Dislike About This Book?
1. Ini masalah perspektif aja sih. Kebetulan gue termasuk orang yang nggak mudah menerima ke-cheesy-an, nggak bisa gue tuh sama hal-hal yang keju. Dan di novel ini ada sosok yang keju banget. Dia adalah pacarnya Nadhira. Jeno tuh menurut gue saking sopannya, perkataan yang keluar dari mulut dia semuanya manis.
I mean like dia ini karakternya juga sempurnanya pake banget. Pengertian iya, baik iya, ganteng iya (kalau sesuai sama apa yang gue pikirin ya... hehe), pinter juga iya. Jadi menurut gue kayak unreal gitu lho. Coba deh yang udah baca, kira-kira apa kekurangannya Jeno?
Kalo kalian mikir kurangnya Jeno adalah nggak mau berjuang buat kebahagiaan diri dia, gue nggak setuju sih. Justru pemikirannya Jeno itu udah ditahap higher purpose. Dia seyakin itu sama kehendak Tuhan dan nggak egois ke Nadhira. Pemikiran Jeno tuh kayak gini yorobun, "I must know that I can never get what has not been destined for me, what's mine will find me."
Jeno said,
Gak apa-apa, Nadh. Mungkin udah takdirnya begini. Aku juga udah pernah bilang, kan? Kalo emang Tuhan gak menakdirkan kita bersama, aku akan berusaha ikhlas. (Halaman 183)
Nah, karakter yang sempurna kayak Jeno ini susah banget buat gue bayangin ada di dunia nyata. Jadi gue kayak nggak relate aja gitu lho! Even tho gue paham sih ini fiksi. Tapi still, buat gue gaada manusia yang sempurna. Fiksi maupun non-fiksi, human is still human, punya kekurangan dan kelebihan.
[Jenonya tampak samping aja, soalnya nggak baik buat mata & hati :)] "Maaf ya Nadh, Jeno tadi ada rapat jadi nggak bisa nganter Nadhira pulang." |
2. Ada beberapa scene yang drama banget. Mulai dari adegan yang di bus sampai adegan si Dikta minta maaf di baik pintu kamarnya Nadhira. Sebenernya gue nggak terganggu sih, jatuhnya emang gemoy. Itulah kenapa di judul awal kan gue bilangnya "almost dislike" karena emang sebenarnya gue suka, tapi sebagian dari diri gue menolak untuk suka.
Lagi-lagi karena gue ngebandingin sama situasi yang nyata kali ya. Jadinya gabisa kalau terlalu drama kayak begini, hehe. Ya klean bayangin aja deh, ngobrol depan pintu masih relate nggak? gue jadi inget Song Jong Ki waktu ngebujuk Moon Chae Won di drama innocent man. Tinggal kasih backsound deh jadi mirip. Terus adegan di bus juga gak masuk di otak gue. Gue bayangin adegan itu di Indonesia kayak kurang pas aja. Bayangin Korea, tapi settingnya ada di Bogor, huhu. Maafin yak, ini pandangan gue aja.
3. Lagi dan lagi. Ada typo di beberapa tempat, tapi nggak banyak sih. Bukan typo pas Dikta lagi sakit ya... kalo itu mah gue juga paham.
4. Terakhir, kayaknya ini salah gue deh, hehe. Gue nggak ngrasa curious pas baca tiap chapternya. Mungkin karena banyak yang udah spill adegan, ada juga yang bahas ending. Jadi pas baca kayaknya bisa gue tebak adegan selanjutnya bakalan kayak gimana.
So, gue kasih rating 8,5 buat novel ini. Novel bergenre romantis ini cocok banget dijadiin list bacaan kalian untuk ngisi waktu senggang. Lebih bagus lagi kalau kalian belum baca AU-nya, karena fell nya bisa lebih dapet.
Congratulations juga karena novel ini bakalan diadaptasi jadi film. Gue pesennya satu sih buat yang udah baca ini novel, don't expect too much, reminder buat gue juga. Tau sendiri kan, film yang diadaptasi dari novel jarang banget yang hasilnya sempurna. Kadang ada penulis naskahnya yang asal masukin adegan di film, padahal adegan itu nggak terlalu penting, dan justru adegan pentingnya terhapus.
Udah gitu aja dari gue, have a nice day yorobundeul....
S e e Y a a ! ! !
6 Comments
makasih dah kasih review selengkap ini kak, membantu banget. soalnya lagi bimbang untuk beli buku ini atau nggak..
ReplyDeletethanks for your review. gw sndiri blm baca au nya tapi ngliat keviralan cerita ini gw jd tertarik buat beli bukunya. dan gw sependapat klo dikta ini emg sempurnanya kebangetan
ReplyDeleteAmanatnya Apaaaa
ReplyDeleteNama situs web yg buat special chapter apa kak?
ReplyDeletePengen tauu dong hikmah yg dapat diambil dari novel ini apa ya?😊
ReplyDeleteKalo dijawab thank you ya
Tlg dong bikin kayak ajakan, kayak knp sih kita hrs beli buku ini?
ReplyDelete