[Review Buku] Tulisan Sastra by Tenderlova -->

[Review Buku] Tulisan Sastra by Tenderlova

Yang Pergi Biarlah Pergi, 

Yang Ada Semestinya Dijaga


Review dan Ulasan Novel Tulisan Sastra Tenderlova
Review Buku Tulisan Sastra by Tenderlova

Chinggudeul Annyeong! ðŸ‘‹≧◉á´¥◉≦
Setelah sekian lama menghilang, gue akhirnya comeback dengan nge-review buku lagi. Kali ini, buku yang mau gue review judulnya Tulisan Sastra. Iya... sama persis kayak judul yang udah kalian baca pertama kali.

Ulasan dan review Novel Tulisan Sastra by Tenderlova

Awalnya gue tau cerita ini dari wattpad.. haha, emang anak wattpad banget!

Terus karena ceritanya seru akhirnya gue putusin buat beli langsung bukunya. Gue beli karena kepo sama lanjutan ceritanya. Hehe

Seperti judulnya, kisah ini berfokus pada Sastra. Sastra adalah tokoh yang diciptakan oleh penulis. Penulisnya, Tenderlova, dapet inspirasi dari idol Kpop. Nah, karena gue suka Kpop, buku yang gue baca dari wattpad pasti ada hubungannya sama Kpop. Meskipun nama-nama tokohnya diganti jadi nama orang Indonesia, gue tetep suka dan nyambung aja gitu pas baca.  

Oke langsung aja gue review bukunya...Check this out!

[Sinopsis]


"Sahara, hidup itu perihal menyambut dan kehilangan. Kamu tahu lagu Sampai Jumpa-nya Endank Soekamti, kan? ya kira-kira begitu lah. Tapi kamu tahu alasan kenapa manusia punya perasaan? sebab itu adalah satu-satunya cara kamu mengingat dengan kesan yang tak habis-habis. Jadi jangan terlalu sedih jika menemukan kehilangan-kehilangan lainnya. Sedihlah seperlunya, lalu ingat bahwa sebenarnya kamu tidak benar-benar kehilangan. Sesuatu itu abadi dalam kenang yang kamu bawa dalam perasaanmu. Sampai sini paham, kan?" [Halaman: 261]

Begitulah sepenggal kalimat yang Tenderlova tulis di beranda wattpadnya (Sepenggalnya panjang ya... hehe)

Lagu Sampai Jumpa-nya Endank Soekamti 
Model MV: anak-anak lanangnya Bapak Suyadi minus Bang Tama 
Cr di video.

Dari penggalan kalimat dan video di atas, apa yang ada di pikiran kalian? Ceritanya bakalan sad or happy? Kalau kalian kepo, baca review ini sampai akhir deh! Karena gue tuh suka nggak sadar kalau ngasih spoiler. Hehe... 

Kayak yang gue bilang sebelumnya, buku ini fokus sama tokoh Sastra. Sastra sama keluarganya, Sastra sama temen-temennya, Sastra sama pacarnya, dan Sastra sama dunia yang dia suka. Sastra itu anak tengah Bapak Suyadi dan Mama Suyadi (Yaiya lah!).

Penengah di keluarga tuh biasanya sifatnya campuran gitu kan. Bisa jadi dewasa banget buat adik-adiknya, bisa juga kekanakan kalau pas deket sama kakak-kakaknya. Ya kurang lebih Sastra sifatnya juga kayak gitu. Sastra juga deket banget sama bapak dan mamanya. 

Sastra bukan cuma deket sama keluarganya, dia juga deket banget sama pacarnya, Sahara. Dia punya panggilan sayang buat pacarnya ini, "Sahara Kasihku,". Tapi sama halnya seperti kebanyakan cerita fiksi, hubungan keduanya juga mengalami pasang surut. Sastranya bucin banget, Saharanya nggak. Eh, Sahara udah bucin, malah ditinggal Sastra. Eits... cukup! Kalau gue lanjutin bakal jadi spoiler beneran.

Kurang lebih visualisasi kisah cinta Sastra sama Sahara kayak gini lah ya
Cr: @ariyaniaa (instagram)

Terus apa yang bikin gue akhirnya jatuh hati sama Tulisan Sastra ini? Ada banyak hal. Oke gue bahas satu-satu ya...

What I like About This Novel

1. Gaya Bahasa yang Mudah Dimengerti

Bahasa yang Tenderlova gunakan menurut gue enak banget buat dibaca. Dia bisa nulis banyak karakter dalam satu waktu, dan itu nggak bikin gue bingung pas baca. Misalnya pas adegan Sastra kumpul bareng sama saudara-saudaranya. Tenderlova juga banyak menggunakan majas hiperbola dan personifikasi dalam penulisannya.

2. Konfliknya Terasa Nyata

Konflik yang dibikin sama Tenderlova tuh kayak hidup, nyata, dan terasa dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Ya mungkin karena dia pengin pembaca ngerasain pasang surutnya kehidupan Sastra itu kayak gimana. Jadi, pembaca juga bisa relate pas baca buku ini.

Jujur ya, gue tiap chapter dibikin nangis sama si Tenderlova. Makanya nggak heran kalau di bagian deskripsinya, Tenderlova udah ngasih disclaimer kayak gini, "baca cerita ini di rumah aja, jangan di tempat umum. Demi keselamatan kita bersama."

Okay, next...
Kalau dari sisi konflik percintaan, kisahnya Sastra ini lumayan banyak terjadi, dan banyak juga penulis yang punya ide bikin konflik kayak gini. Ya... cinta bertepuk sebelah tangan tuh udah nggak asing kan?

Cuma yang bikin gue seneng tuh, kisah percintaannya nggak cheesy. Pas aja gitu menurut gue. Nggak kelebihan juga nggak kurang. Dibilang klise iya, tapi nggak cheesy.

Dan the best thing dari buku ini adalah ketika Sastra lagi kumpul sama keluarganya. Gimana jahilnya dia sama adik-adiknya, suka ngrusuh kalau lagi kumpul. Tapi Sastra juga suka mellow pas lagi curhat sama mas-masnya, atau pas lagi kangen bapaknya. Hal-hal random keluarga Bapak Suyadi yang kayak gitu nggak akan pernah bikin gue bosen buat baca. Itulah kenapa, Mama Suyadi sering banget pusing gegara kelakuan anak-anak lanangnya.
  

3. Banyak Tokoh yang Mencuri Perhatian 

Ketika baca buku ini, fokus gue kan harusnya ke Sastra ya. Cuman, karena gue gampang salfok dan penulis ngasih kisah dari tokoh lain, jadi ya crush gue di buku ini banyak, bukan cuma Sastra. 

Gue suka sama Bapak Suyadi yang bijak banget. Selalu sempatin ngobrol sama anak-anaknya di depan teras sambil ngrokok atau minum kopi. Gue juga suka sama cara Mama Suyadi membesarkan ketujuh anak laki-lakinya yang sifatnya nano-nano itu.

Gue suka sama keenam saudara Sastra. Mulai dari Bang Tama, Mas Eros, Mas Jovan, Nana, Cetta, sama Jaya. Keenam-enamnya punya ciri khas masing-masing, punya kelebihan dan kekurangan yang kalau digabungin satu keluarga bisa jadi saling melengkapi. Pokoknya seru banget kalau bayangin keluarga Sastra ada di dunia nyata.

Review dan Ulasan Novel Tulisan Sastra Tenderlova
Beginilah visualisasi anak-anak Pak Suyadi menurut penulis

Siapa sih yang nggak suka sama Bang Tama? Kalau Bang Tama ada di dunia nyata, kayaknya semua orang juga mau sama dia hehe. Bijaksananya Bang Tama itu nurun banget dari bapaknya. Rasa tanggung jawab buat keluarganya juga nggak main-main. Sebagai anak sulung, Bang Tama itu menurut gue beneran panutan yang pas buat adik-adiknya. 

Soalnya si bapak pernah bilang begini, "laki-laki itu harus punya rasa tanggung jawab. Bahkan dari hal yang paling sepele-ngehabisin makanan yang sudah kita taruh di piring. Bilang maaf juga kalau kita punya salah. Bukan karena yang paling besar, lantas akan selalu benar. Ya minimal, tanggung jawab sama diri sendiri." [Halaman: 148]

Mas Eros sebagai kakak tertua kedua di rumah juga nggak kalah bijaksana. Gue inget pas scene Sastra sama adik-adiknya bikin ulah. Mas Eros yang waktu itu kebetulan pulang kerja dan kelihatan capek banget, harus terima kenyataan kalau adik-adiknya bikin ulah lagi. 

Tapi demi kebaikan adik-adiknya, sehabis sholat magrib, Mas Eros sempatkan duduk bareng adik-adiknya, ngobrolin masalah yang bikin kepala mama pusing. Dan akhirnya Mas Eros ngasih tau adiknya begini, "kekerasan itu bukan cuma bikin orang lain rugi, tapi kamu juga. Kamu tahu, kenapa manusia punya otak? Itu buat mikir, Sastra. Bukan cuma jadi isi kepala aja. Pura-pura goblok di depan orang kayak gitu nggak akan bikin kamu beneran goblok." [Halaman: 123]

Meskipun agak pedes cara ngomongnya, tapi gitu lah Mas Eros. Sebagai pilar di rumah selain Bang Tama, Mas Eros juga udah nglakuin yang terbaik sebagai seorang kakak. Suka terharu gue tuh pas baca ceritanya Tama sama Eros, dua-duanya 'brotherable' banget kalau gue bilang.

Selanjutnya ada Jovan. Abangnya Sastra yang ini katanya ganteng banget, itulah kenapa dia jadi dicap playboy. Padahal Jovan kayak gitu ada alasannya. Lagi-lagi alasan itu juga dia dapetin dari petuah bapak. Bapak si petualang cinta menurunkan keahliannya itu pada Mas Jovan. Meskipun Jovan selalu kelihatan nggak jelas menjalani hidupnya dan terkesan ugal-ugalan, dia adalah kakak yang juga bisa diandalkan, sama seperti Tama dan Eros. 

Pernah di suatu sore selepas hujan, Jovan entah kesambet apa mengatakan kalimat sedamai ini pada Sastra, "hidup memang seperti itu Sastra. Pasang dan surut itu suatu hal yang pasti. Serupa roda yang berputar, fase-fase yang akan kamu lalui itu bukan untuk membuat kamu berhenti. Tapi membuat kamu belajar banyak hal sampai kamu tiba di tempat tujuan kamu. Nikmati aja prosesnya dan jangan lupa bersyukur." [Halaman: 85]

Review dan Ulasan Novel Tulisan Sastra Tenderlova
Mas Jovan bisa senyum semanis ini kalo lagi sama Malika
(Malika siapa? Baca novelnya hehe)

Next gue bakal jelasin tentang adik-adiknya Sastra. Pertama, ada Adinata, biasa dipanggil Nana. Nana ini gantengnya sama kayak Jovan (kata penulisnya ya!). Nana anaknya nggak neko-neko, anteng banget dia ceritanya. Jago masak juga dan biasa bantuin mama di dapur. Karena sesuatu hal, Nana jadi adik kesayangannya Sastra. Kalian bisa tahu alesannya kalo udah baca bukunya, hehe. 

Terus di bawah Nana ada Cetta. Cetta ini kepintarannya setingkat sama Bang Tama, alias pinter banget dan sering banget ikut olimpiade di luar negeri. Karena prestasi akademiknya luar biasa, dia jadi anak kesayangan Mama. 

Cara dia kenalan sama cewek juga terkesan simple dan nggak ribet. Prinsipnya gini, "Cara menunjukkan rasa semua orang tidak akan pernah sama." [Halaman 63]. Dan cara 'menunjukkan cinta' ala Cetta memang sesederhana itu. Bilang suka kalau memang suka, bilang tertarik kalau memang ada yang pas. Iya, emang sesimple itu otak si cerdas Cetta.

Terakhir, si bungsu Jaya yang cutenya overload, manja, dan banyak maunya. Meskipun punya sifat paling beda diantara yang lain, Jaya juga bisa bersinar dengan caranya sendiri. Setidaknya begitulah yang diyakini oleh Bapak Suyadi sekeluarga.     

Dan tokoh yang paling mencuri perhatian gue sebenarnya adalah Sahara. Gue awalnya gemes banget sama sifat dia, tapi akhirnya gue juga kasihan sama dia. Btw, Sahara itu tokoh yang bikin gue gregetan dari awal sampe pertengahan buku, hehe.

Review dan Ulasan Novel Tulisan Sastra Tenderlova
"Sahara jangan mainan sama Rinso, Mas Jovan bisa-bisa ngamuk!"

Review dan Ulasan Novel Tulisan Sastra Tenderlova
Character Map Tulisan Sastra by Tenderlova (1)

Review dan Ulasan Novel Tulisan Sastra Tenderlova
Tersangka: Jaya. Hukuman: uang saku dipotong 30%

Review dan Ulasan Novel Tulisan Sastra Tenderlova
Tersangka: Adinata. Hukuman: uang saku dipotong 10%


4. Banyak Pesan Moral 

Fiksi, bukan sekadar mengadakan yang tidak ada, fiksi adalah cara berpikir.

Begitulah pesan Andrea Hirata yang pernah gue baca. Buku ini emang genrenya fiksi, tapi kalau kita mau nyari manfaatnya, bakalan tetep ada kok. Baca cerita fiksi itu juga bisa melatih rasa empati kita, mencoba ngrasain hidup di sepatu orang lain. Merasakan senang dan sedihnya jadi tokoh yang diceritakan, begitu.

Nah, bicara tentang pesan moral, di buku ini gue nemu banyak banget. Nggak keitung berapa pesan yang udah gue tandain di buku ini. Terutama pesan moral yang Bapak Suyadi kasih ke putra-putranya. Di bawah ini gue bakalan tulis beberapa diantaranya, 

a. Love Yourself!

Mencintai diri sendiri jadi salah satu pesan yang paling gue inget. Waktu itu beliau lagi duduk santai di teras sama Sastra, seperti biasanya. Begini pesannya, "Jadi orang hebat itu nggak selalu harus 'wah', cukup jadi diri kamu sendiri-itu sudah hebat." [Halaman: 141]

Itu artinya, Bapak Suyadi sebagai orang tua dari ketujuh putranya sama sekali tidak memaksakan putra-putranya harus jadi orang yang berpangkat. Lebih dari itu, menurut bapak, manusia yang hebat itu adalah manusia yang bisa mencintai diri sendiri, hidup bahagia dengan hal itu. Bapak nggak ngotak-ngotakin anaknya buat jadi orang a, b, c, atau yang lain. Cukup cintai diri sendiri dulu!

Gue berterima kasih banget sih sama Tenderlova yang udah bikin karakter macam Pak Suyadi. Kata-katanya santai banget, selalu keselip candaan pas ngobrol sama putranya, tapi ada makna di tiap kalimat yang beliau ucapkan.

b. Aware About Toxic Relationship and Toxic Masculinity

Review dan Ulasan Novel Tulisan Sastra Tenderlova
Penjelasan Tentang Toxic Relationship 

Dalam kasusnya Sastra, jelas dia mengalami toxic relationship. Tanda-tanda yang dia alami diantaranya, merasa nggak berani buat bilang "enggak" (selalu ngalah), merasa dibohongi, merasa berjuang sendirian, dan merasa masalah dengan partnernya tidak terselesaikan. Sampai akhirnya dia bertanya-tanya, apakah hubungannya layak untuk dipertahankan? Dia masih punya harapan, tapi kapan?

---

Gue nggak ngerti Bapak Suyadi belajar tentang hal ini dari mana. Yang jelas, pesan itu nyampe ke telinga anak bungsunya. Buat kalian yang nggak ngerti apa itu toxic masculinity bisa baca tulisannya di sini.

"Kalau Jaya pengen nangis, nangis aja. Nangis itu nggak cuman buat perempuan aja. Laki-laki juga berhak nangis, Jaya. Nangis itu racun yang harus kamu buang sampai kamu ngerasa racun itu nggak ada lagi dalam tubuh kamu." [Halaman: 53-54]

Hayo siapa diantara kalian yang masih sering ngeledek cowok yang lagi nangis? 
Kalau hal itu masih sering kalian lakuin, berarti kalian harus belajar lagi sama Pak Suyadi, hehe. 

c. We are Not Perfect

"Manusia tanpa salah itu nggak pernah ada." [Halaman: 157]

Masih dari pesan bapak, Sastra pernah bilang kayak gitu ke Sahara. Toh, memang sejatinya tidak ada orang yang sempurna. Semuanya pernah bikin salah. Trial and error itu udah jadi bagian dari diri manusia.

d. Please be Open Minded!

Sastra dan saudara-saudaranya emang sedari kecil udah dilatih buat jadi orang yang berpikiran terbuka. Terutama pas mereka lagi nggak diperlakukan baik sama lingkungan sekitarnya, atau pas beda pendapat sama orang lain.

"Selamanya, kita nggak akan pernah bisa menutup mulut orang lain satu per satu. Tapi kita bisa menutup telinga kita sendiri. Teruslah berjalan di jalan yang kamu inginkan. Selama itu adalah jalan menuju hal baik, yakini saja- cepat atau lambat pasti akan sampai." [Halaman: 164]

e. Do What You Love! Do What You Want!

"Jangan jadi orang lain hanya untuk dilihat dan diakui." [Halaman: 160]

Maksud Pak Suyadi, jangan jadi manusia yang gila akan apresiasi/gila pengakuan. Jangan melakukan sesuatu hanya karena ingin dilihat orang. Sudahlah...'biasa-biasa aja', 'apa adanya kita aja lah'. Ya emang bener, nglakuin apa yang kita suka itu bisa bikin kita lebih bahagia. Paling nggak, beban hidup kita udah terangkat satu, yaitu nggak hidup karena kehendak orang lain.

f. Be a Nice Person AS ALWAYS

Sama kayak apa yang udah gue bilang, Pak Suyadi ini jadi salah satu orang tua idaman kita semua. Cita-cita beliau buat anaknya nggak pernah muluk-muluk. Beliau cuma pengin anaknya bahagia dan bisa ngasih manfaat ke orang lain. 

"Abang ingat nggak? Dulu Bapak pernah bilang, Abang nggak perlu jadi dokter atau menteri cuma buat kelihatan hebat dan keren. Cukup jadi orang yang paling wangi sekabupaten aja." [Halaman: 247]

"Hidup itu seumpama jalan yang harus kita lewati, Bang. Pada akhirnya, kita akan berhenti berjalan dan sampai ke tempat tujuan. Tapi dalam perjalanan yang panjang itu, ada banyak hal yang harus kita lakukan. Ada berbagai macam rintangan yang harus kita lalui. Perjalanan itu membuat kita mempunyai dua pilihan, Abang mau meninggalkan jejak wangi untuk dikagumi orang-orang atau jejak busuk yang merugikan mereka?" [Halaman: 249-250]

g. Manusia Nggak Punya Apa-Apa

Bukan cuma bapak yang sering ngasih wejangan ke putra-putranya, tapi mama juga.

"Tidak ada manusia yang berhak menghakimi orang lain. Belajar mengerti bahwa sejatinya manusia tidak pernah punya apa-apa." [Halaman: 336] 

Gue akan selalu inget sih pesan ini. Mungkin kalau semua orang di dunia ini punya pikiran kayak mama, pasti dunia bakalan damai banget. Juga nggak akan ada orang yang menumpuk dendam berlebihan ke orang lain. Pada akhirnya memang kita harus selalu ingat, kita ini siapa. Jangan menghakimi atau menyakiti hati orang lain.

h. Be Brave to Speak Up for A Better Life

Kata-kata ini keluar dari mulut Mas Tama sebelum dia pergi merantau buat kerja. Jaya si bungsu yang sukanya nge-budeg kalo dibilangin mas-masnya, kali itu beneran dengerin apa yang Mas Tama bilang. 

"Jangan takut untuk speak up jika kamu merasa kamu perlu membicarakan itu. Kebenaran selamanya akan menjadi kebenaran. Soal menang atau kalah, itu urusan belakang. Hal terpenting adalah, kamu berani berkata jujur. Sekalipun kamu kalah, pada kenyataannya kamu menang." [Halaman: 58]

i. Understanding People Around Us

Lagi-lagi pesan ini datang dari Mas Tama, "Kita nggak akan pernah mengerti cara berpikir orang lain sebelum kita memahami maksud orang itu, Na." [Halaman: 334-335]

j. Healing with Yourself First! 

"Lebih dari orang lain, yang bisa menghancurkan kita adalah diri kita sendiri, Na. Begitu juga sebaliknya, yang bisa menyembuhkan diri kita adalah diri kita sendiri." [Halaman: 335]

Mas Tama yang emang didikan bapak, kurang lebih yang diomongin juga sama kayak bapak. Ngomongin kehidupan, keikhlasan, dan cara buat belajar damai sama diri sendiri.

k. Sometimes, 'Enough' is The Best Choices

Bagi Sastra, yang lebih baik itu tidak pernah benar-benar ada. Manusia terlalu serakah untuk mencari lebih. Padahal mensyukuri apa yang ada jauh lebih baik ketimbang menginginkan lebih. [Halaman: 125]

Bener banget apa yang Sastra bilang. Gue juga sering ngerasa kurang, padahal sebetulnya yang gue dapet udah lebih dari kata cukup. Kalian ada yang ngerasa gini juga nggak? hehe. Itulah kenapa, manusia itu dapet julukan sebagai makhluk yang tidak pernah puas, juga sulit bersyukur.

l. You Would Value The Time Given You

Pada akhirnya hadiah terbesar yang diberikan oleh waktu adalah kenangan. Bahwa kita pernah saling menyayangi. Itu sebabnya, tepiskan malumu dan berikan pengakuan cinta pada orang yang kamu cintai sebelum terlambat. Jangan menjadi orang yang hidup dalam penyesalan. Hargai apa yang kita punya. Bilang cinta kalau memang cinta, begitulah cara menghargai waktu. [Halaman: 343]

5. Petuah-Petuah Cinta oleh Pak Suyadi

Bapak bukan cuma ahli dalam masalah kehidupan, beliau juga pakar cinta. Pesan-pesan cinta yang keluar dari mulut Sastra, dalang utamanya ya Pak Suyadi ini. Entah bagaimana, ketujuh anaknya sudah terlatih menjadi pecandu cinta yang bijaksana, terutama Sastra. Mama diam-diam sering bilang dalam hati kalau Sastra itu mirip banget sama bapak. Mama juga tahu, cara mencintai Sastra mirip sekali dengan bapak, tulus dan apa adanya.

Oke deh langsung aja gue tulis beberapa pesan yang ditulis langsung oleh pakarnya percintaan a.k.a Bapak Suyadi.

> "Setiap perempuan itu surga, Tama. Dan hatinya persis seperti tahu mentah. Lembut dan adem di perut. Tapi kalau kamu jatuhkan begitu saja ke lantai, dia pasti ambyar. Kamu mungkin bisa olah tahu mentah itu menjadi segumpal bakwan. Tapi selamanya bakwan itu tidak akan pernah kembali menjadi tahu mentah. Maka itu, jaga perasaan perempuan baik-baik. Jangan pernah dihancurkan hanya karena kamu punya kesempatan." [Halaman: 150]

> "Cinta itu berkelana, Tama. Mencari tahu dari hati ke hati apakah benar dia tempatnya. Mengetuk lalu masuk. Berhari-hari bahkan berbulan-bulan tinggal untuk memastikan. Sampai akhirnya sadar, hati yang itu bukanlah tempatnya. Lantas pergi tanpa merusak seinci bagian pun. Kamu tahu kenapa? sebab hati yang kamu tinggalkan akan menjadi tempat bagi orang lain." [Halaman: 150]

Dua pesan di atas sudah bapak katakan bahkan sebelum Tama mengenal apa itu cinta. Awalnya dia cuma bisa angguk-angguk kepala aja. Tapi, pas udah menetapkan hati dengan Larasati, Tama jadi tahu maksud omongan bapak itu.

Pernah suatu saat Mas Jovan patah hati lalu curhat ke bapak. Tips dari bapak sederhana banget, "Jovan, untuk membuat orang lain menerima kita, kamu harus jadi manusia yang apa adanya. Jangan munafik, tapi ya jangan sebar aib." [Halaman: 159]

Semenjak itu, mana ada perempuan yang bisa nolak Jovan, hehehe. Semuanya bertekuk lutut sama dia. Sampai akhirnya di ujung pencarian cinta Jovan, dia ketemu sama seorang gadis, dan mentok sama gadis itu. Kali ini Jovan punya prinsip, 'singgah untuk sungguh'.


> "Kalau kamu cinta sama seseorang, jangan lepasin. Jangan percaya sama istilah-- melepaskan berarti kamu benar-benar mencintai dia. Tapi berjuang!!! Berjuang adalah satu-satunya cara untuk membuktikan kalau kamu memang mencintai dia. Itulah cinta sejati." [Halaman: 297]

Pesan itu selalu jadi jurus andalan Sastra tiap kali Jovan nyuruh dia putus dari pacarnya. Jovan yang denger cuma bisa bilang, "semangat, semoga berhasil!"

6. Dapet Gift dari Penulisnya

Jadi kalau beli buku yang nggak dijual di toko buku alias self publisher, biasanya emang dapet gift dari penulis. Kali ini gift yang gue dapet itu ada dua. Yang pertama berupa surat dari Sastra buat Adin. Yang kedua, gue dapet photocardnya Sastra.

7. Ada Banyak Chapter Tambahan

Gue sebenernya agak lupa gimana versi wattpadnya. Cuman kalau gue lihat-lihat lagi, mungkin ada tujuh sampai delapan chapter tambahan di versi bukunya. Jadi worth it banget kalau kalian mau beli buku ini.

8. Plot Twist yang Bikin Gemas

Gue sempat nge-dumel pas baca endingnya. Tapi di situlah menariknya! Meskipun sebel, tapi akhirnya gue ngerti tujuan penulis bikin alur kayak gitu. Ikhlas jadi fokus utama buku ini. Dan buat jadi orang yang bisa mengikhlaskan sesuatu itu nggak gampang, beneran harus kita latih. 

What I Dislike About This Novel

1. Typo di Beberapa Tempat

Nggak banyak sih typonya, tapi menurut gue buku yang udah naik cetak harusnya bebas dari typo ya. Sayang aja gitu, karya sebagus ini masih aja ada kesalahan penulisan. 

2. Bahasa Jawanya Perlu Diberi Keterangan

Yang nggak ngerti Bahasa Jawa menurut gue akan sedikit kerepotan. Karena lumayan banyak yang pakai Bahasa Jawa. Candaan-candaan mereka yang pakai bahasa daerah menurut gue nggak akan sampe' ke pembaca yang nggak ngerti Bahasa Jawa. Makanya pas gue baca beberapa review, ada yang nggak ngerti dan merasa kalau candaan-nya jayus. Tapi karena gue ngerti, ya gue sih suka-suka aja, hehe.

❤❤❤❤❤❤❤

Oke, segitu aja review gue tentang novel Tulisan Sastra. Kalau dilihat dari apa yang gue suka dan apa yang nggak gue suka dari buku ini, jawabannya udah jelas bangetlah ya. Gue 100 persen rekomendasiin buku ini buat kalian baca. 

Oiya, saran dari gue, jangan lupa siapin tisu dan jangan baca pas malem. Ntar bisa-bisa pas kelas pagi, mata kalian bengkak! 😅 

Bonus,

Chapter. Tentang Mimpi Sastra

Playlist 'Tulisan Sastra' yg relate dg kisah mereka
(part I)

Playlist 'Tulisan Sastra' yg relate dg kisah mereka
(part II)

34 Comments

  1. Aku suka review nya ..

    ReplyDelete
  2. Anonymous12:33 pm

    kak aku izin buat tugas boleh ????bagus banget soalnya:((

    ReplyDelete
  3. Bener banget lebih bagus bacanya sepi, soalnya bahaya kalo diliat orang. Aku aja diledek terus karena nangis sampe mata bengkak..
    Luv banget deh sama novelnya;)

    ReplyDelete
  4. iya suka banget sama ceritanya. kadang sampai bingung ini real life kah apa bukan,belum lagi kata kata motivasinya yang banyak. love lovee

    ReplyDelete
  5. ka izin buat tugas ya
    makasih

    ReplyDelete
  6. lanjur review wattpad crayola's tale by tenderlova yaa huhu. suka bgtt sm review kk🥺💗💗

    ReplyDelete
    Replies
    1. siap :) terimakasih

      Delete
    2. Anonymous7:36 am

      Hi... aku mau beli buku kamu yg color of the sky bisa ga ya? Soalnya uda ga restock.

      Delete
  7. Anonymous2:05 pm

    kak ini dibuku endingnya juga sastra pergi ngga sih?

    ReplyDelete
  8. Kak saya izin buat tugas boleh?

    ReplyDelete
  9. Aku udah ada bukunya, tapi belum sempet baca. Setelah baca ini jadi pengen baca bukunyaa, penasarann. Makasih, ka!!

    ReplyDelete
  10. halo kak, ini tulisan sastra ada berapa halamannya ya? soalnya lagi cari tau buat tugas hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. 343. Diatas udah aku tulis kok...

      Delete
  11. Hai, aku udah baca buku Tulisan Sastra tapu bingung sama ending nya pas Sahara ketemu orang berkacamata, ada yang bisa jawab itu siapa?.. ah sopiler wkwk tapi yang baca cerita nya versi buku pasti tau

    ReplyDelete
  12. Anonymous8:07 pm

    Halo kak! Saya izin ngejadiin review kakak ini buat jadi referensi saya buat menganalisis novel tulisan sastra ya... Terima kasih banyak♡♡

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siapp! Selamat membaca bukunya juga, yaa (:

      Delete
  13. izin buat aku jadiin tugas ya kak,makasihhh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silakan! Jangan lupa baca bukunya juga, yaa (:

      Delete
  14. Kak, saya izin buat buat jadiin tugas boleh?

    ReplyDelete
  15. Mau tanya ini temanya tentang apa kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anonymous12:02 am

      apa sudah ketemu temanya tentang apa?? kalo sudah boleh di spill gak

      Delete
  16. kak izin buat tugas yyaa

    ReplyDelete
  17. Kak izin buat tugas ya

    ReplyDelete
  18. Anonymous10:13 pm

    kak izin buat tugas yaa

    ReplyDelete
  19. Anonymous7:06 pm

    Aku sampe nangis ber jam jam pas baca kata kata terakhir dari sastra

    ReplyDelete

About | Contact Us | Privacy Policy | Disclaimer | Sitemap