Sebenarnya kalo gue mau mengingat lebih banyak lagi, obrolan-orolan Maraka sama Naya tuh banyak banget yang membekas di ingatan. Maraka juga pernah ngrasa bersalah banget pas Naya lagi butuh dia,
5. Banyak pelajaran yang bisa gue ambil dari buku ini. Pelajaran-pelajaran itu sering muncul pas Naya lagi asik ngobrol sama Dimas. Secara nggak sadar komunikasi mereka itu nyambung dan deep banget.
a. Di awal chapter, Naya ternyata termasuk orang yang suka mendengar pujian. Dia merasa percaya diri ketika orang lain memberikan compliment tentang dirinya, berbeda dengan kebanyakan orang yang cenderung malu ketika dipuji.
Well I love hearing something good about myself. (Halaman 8)
Menurut gue, kita memang harus tau apa kelebihan kita. Kalau memang ngrasa sulit untuk tahu apa kelebihan yang kita punya, better memang harus tahu dari orang lain. Terus baru deh kita bisa confident dan memanfaatkan kelebihan itu dengan maksimal.
b. Masih di awal chapter, Naya yang punya motto "live with no ambition" berkata dengan tenang pada Dimas seperti ini,
Kalo emang udah rezeki kita buat mimpin, mau gimana juga pasti dikasih jalannya. Tapi kalo emang bukan rezeki kita, ya udah. Nggak boleh marah ya, harus ikhlas. (Halaman 33)
Naya mengajarkan pada kita untuk bisa hidup dengan ikhlas dan menerima apapun kehendak Tuhan. Ketika seseorang udah berusaha, tentu harapannya ingin mendapat hasil yang terbaik. Tapi kalaupun hasil itu nggak sesuai dengan apa yang diinginkan, ya udah... harus bisa nerima dan berusaha di lain kesempatan. Apa yang seharusnya ditakdirkan untuk kita nggak akan pernah tertukar dengan milik orang lain.
c. Halaman 39, ngomongin gender. Dimas bilang gini,
Ini isi cewek aja, yang cantik biar nggak malu-maluin kalo dibawa kemana-mana.
Kesel banget gue pas Dimas bilang gitu. Seolah-olah perempuan itu nggak punya keahlian di bidang lain. Kata-kata "ini aja" tuh seolah-olah cuma mau ngisi tempat yang kosong aja. Padahal laki-laki juga bisa dijadiin sekretaris dan perempuan juga bisa di bagian marketing, misalnya gitu, tergantung kinerja kan? Sekretaris tuh bukan cuma dikerjain sama anak-anak perempuan gitu lho maksud gue. Tapi gue ngerti sih di sini konteksnya si Senja sama Joy itu emang udah pengalaman jadi sekretaris, jadi menurut Dimas ya kerjanya nanti bakalan bagus.
Terus kata-kata "cantik" itu seolah-olah kayak melihat perempuan hanya dari sisi fisiknya aja. Gue ngerti ini jokes gitu, tapi sering direalisasikan di kepengurusan. Misal, "cewek-cewek nanti suruh jaga meja depan aja pas acara wisuda, cari yang cantik." Pernah nggak kalian nemu kasus begitu?
d. Halaman 158, ini pas Dimas mimpin rapat sebelum liburan tengah semester.
Tinggal dua minggu sebelum kita libur semester. Apa yang harus diselesaikan sebelum libur, gue mohon segera selesaikan. Tapi jangan lupa buat tetep fokus juga sama UAS, gue nggak mau satu pun dari kalian menomorduakan UAS sampe IPK kalian turun.
Menurut gue apa yang dibilang Dimas ini bener. Ikut organisasi dan bisa aktif di dalamnya itu bagus. Tapi perlu diingat juga, tujuan utama kuliah itu apa? kita harus beneran tahu tentang hal itu. Jadi kalo udah milih buat ikut organisasi ya memang harus bisa bagi waktu. Berusaha tanggung jawab sama apa yang udah dipilih dan bikin skala prioritas.
e. Halaman 244, ini pas Naya ngomongin tentang "impian" bareng Dimas,
Apalagi kalo udah berkaitan sama mimpi, gue benci banget kalo ada orang yang ngremehin mimpi orang lain. Karena menurut gue, sama halnya kayak doa, mimpi juga nggak ada yang remeh. Nggak ada mimpi yang layak dianggap nggak penting, semua mimpi itu penting bagi pemiliknya.
Orang-orang yang punya mimpi tuh beruntung dan spesial.
Tapi kadang kesempatan itu nggak selalu datang, Dim, udah dicari juga bisa aja nggak ketemu. Mungkin itu yang namanya nggak jodoh, sampai akhirnya ya mimpi itu cukup jadi mimpi, nggak kecapai, dan whoosh, hilang sendiri. But, still orang-orang kayak gitu tetep beruntung karena mereka mampu bermimpi.
f. Halaman 303, Dimas berhasil berdamai dengan dirinya sendiri dan mengakhiri masalahnya dengan Senja, cause the only way to get rid of your anger is by fighting it, stand your ground and fight back.
6. Gue jujur suka banget baca kisah persahabatan antara Naya dengan Maraka dan Joni. Gue merasa persahabatan mereka itu tulus dan relate dengan kehidupan sehari-hari, mulai dari yang curhatlah, nebenglah hehe, terus saling melempar candaan seperti sepasang kekasih padahal pure sahabatan. Seru aja gue bacanya. Salah satu dialog yang nempel di kepala gue itu pas Naya minta tolong dianterin pulang, gue ngrasa ini gue banget wkwk. Terus responnya Joni asik banget juga, kayak udah hafal gitu kebiasaan sahabatnya.
Okay so you are not my baby, you are not everyone's baby, you're all yours, and you are going to nebeng, betul? (Halaman 11)
Atau momen pas Joni ngebawa Jeffri buat nonton debat calon Kahim dan Wakahim, which is Naya waktu itu masih naksir berat sama Jeffri dan Joni tahu itu. Tapi Joni juga punya alasan kuat, alasannya ya kalau di pikir bener juga sih, "kan Jeffri temannya Dimas, otomatis Jeffri ikut nontonlah," begitu kata dia.
Punya nggak sih kalian sahabat yang kayak Joni gini? Diam-diam mempertemukan dan mempersatukan, ceilaaa bahasanya :D
Respon Naya ya relate banget sih menurut gue, kalian semua kalau lihat crush pasti langsung lemes dan jaga imej kan? ya sama kayak Naya begini,
Mana suntik semangat sih? Yang ada gue malah makin lemes liat dia! (Halaman 23)
Maraka juga easy goingnya sebelas dua belas kayak Joni. Tapi Maraka ini tipe yang lebih pengertian, kalo Joni kan kebanyakan becanda gitu anaknya, kadang nggak peka juga. Gue jadi inget pas Naya lagi curhat ke mereka berdua, terus nggak lama Ten sama Jeffri dateng dan ikut nimbrung. Terus Naya kayak pengin kabur gitu lho ceritanya, dan Maraka sangat peka dengan keadaan itu terus ngajak Naya pergi.
7. Gue juga suka baca obrolannya grup chat Kabinet Irregular. Menurut gue lucu banget dan sekali lagi relate. Grup chat mana ada sih yang isinya bener? kebanyakan kan random gitu memang. Dan obrolan di grup chat ini lumayan banyak gue temuin, tapi yang paling membekas di otak gue itu ada di halaman 45-47.
8. Menurut gue kisah cinta yang ditulis sesuai proporsi, tidak cheesy tapi bikin baper.
Di awal chapter, kisah Naya dan Jeffri menurut gue manis banget, hehe. Naya selalu bahagia bisa punya kesempatan buat dekat sama Jeffri, tapi di sisi lain juga merasa awkward kalau dekat dengan crushnya itu. Dan menurut gue, interaksi membingungkan antara Naya dan Jeffri ini berlangsung sampai akhir. Gue juga bingung menebak perasaan Jeffri ke Naya itu sebenarnya kayak apa dan bagaimana, even setelah dia punya pacar gue masih tetap bingung.
Kenapa lebih susah nge-chat Jeffri daripada nge-chat dosen? (Halaman 41)
Ranca Upas dan Makassar akan selalu gue inget, hehe. Momen-momennya maupun dialognya. Dua tempat itu yang bikin gue bingung harus mendukung hubungan Naya-Dimas atau Naya-Jeffri.
"Lo kalo lagi kedinginan berubah jadi bule ya, Nay?" (Dimas)
Dan kegalauan gue hilang ketika Jeffri punya pacar. Jujur scene itu bikin gue ikutan sakit hati (Chapter 9: The heart he breaks). Apalagi keinget kata-katanya Maraka yang ini,
Punya perasaan lebih itu hak setiap orang, tapi setiap orang yang punya perasaan juga punya tanggung jawab untuk mengelola perasaannya itu sendiri dan nggak menyalahkan orang lain atas apa yang dirasakannya. You get my point, right? (Halaman 154)
Gue makin sakit hati pas Naya langsung merasa insecure gara-gara hal itu. Dia bilang gini,
Dimas, gue jelek banget ya?
Pas Naya nanya gitu ke Dimas, gue kayak mau ngobol langsung gitu ke Naya. "Nay, lo harus tau pentingnya self-esteem dan self respect itu kayak apa di hidup lo." Insecure itu kayaknya emang makanan sehari-hari banget, gue tau. Tapi menurut gue, kita tetap harus belajar menghargai diri sendiri dalam hal apa pun, tak terkecuali bentuk fisik kita.
Gue tidak akan menampik kalau stereotip good looking dalam menilai seseorang masih sering terjadi. Tapi pada kenyataannya, ada kok orang yang bisa jatuh cinta tanpa memandang fisik. And if you found him or her, stick with them.
Anyway, sakit hati gue berlanjut ke halaman 281, pas pertemuan pertama pacarnya Jeffri sama naya wkwkwk. Tapi Naya kelihatan tegar banget padahal masih sakit hati itu pasti. Ini momennya sakit hati tapi lucu sih kata gue.
Face Claim Naya versi lokal hehe (ini menurut gue ya).
Cuman di video-video yang dia bikin masih pakai nama asli idolnya.
Harus bareng-bareng sama crush yang udah punya pacar rasanya gimana sih Nay? hehehe 😁😂 Saban hari masih ketemu di sekre, di kelas maybe juga ketemu. Kalo kata Naya sih, "sewotin aja crush lo!"
Chapter "Perkara Proposal"
"We lost our chance." (Jeffri)
Move to Dimas & Naya interaction. Kisah mereka berdua actually bikin gregetan dan penasaran, mungkin karena penulis memilih menerapkan slow burn romance untuk pasangan ini, jadinya ya memang bikin gemas, kayak "lo suka nggak sih sama gue? tapi kok perlakuan lo ke gue malah sebaliknya?". Menurut gue, cinta yang dibangun secara perlahan kayak gitu bikin ceritanya jauh lebih real. They were strong, tenacious, yet sweet and vulnerable.
Terus, gue juga merasa kalau Dimas ini sedari awal udah ngasih love language banyak banget ke Naya. Cuman ya karena Naya masih ngliyat orang lain, jadi love language-nya nggak nyampe. Dimas kalau gue liyat-liyat kayaknya act of service-nya lumayan tinggi. Chapter pas Naya marah-marah habis balik dari Makassar itu sih yang gue inget. Tanpa ba bi bu, si Dimas langsung bawain jus melon, nasi goreng, camilan, pembalut, pereda nyeri, padahal dia juga nggak tau si Naya lagi dapet apa nggak.
Oh iya, aahh gue kebanyakan oh iya yaaa dari tadi hehe. Baru inget soalnya yorobun, sorry-sorry. Ini nggak penting-penting banget sih, tapi gue selalu ngakak kalo inget Dimas manggil Naya, "Naraya". Mana pede banget lagi dia manggilnya, padahal kan namanya bukan Naraya, tapi Kanaya. Her name is Kanaya Aruni Putri.
9. Interaksi Naya sama Ibunya menurut gue juga natural, hehe. Apalagi pas Dimas ngechat Ibunya Naya, Ibunya langsung to the point nanya, "cowokmu?" tipikal ibu-ibu banget pas ada cowok yang deketin anaknya. (Halaman 86)
10. Pertemanan Dimas-Naya dengan anggota himpunan yang lain juga bikin gue sedih, sedihnya terharu gitu ya maksud gue, apalagi pas bagian mereka mau demisioner. Pokoknya chapter 20, mulai halaman 439 itu bikin gue berkaca-kaca, momen closing speech Dimas-Naya juga.
Oh iya, momen pas Dimas lagi di kantin bareng Naya sama Jeffri juga bikin nyesek ya guys, tepatnya di halaman 600 pas Dimas bilang gini ke Ketua Himpunan yang baru,
Can, selesai kita, Can. Kita titip himpunan ya, Can. Bisa kan jaga himpunan?
Menurut gue, di usia 20-an kita memang akan terbiasa dengan pertemuan dan perpisahan. Sama kayak himpunan ini, nggak selamanya Dimas dan Naya yang jadi Ketua dan Wakil Ketua Himpunan. Himpunan yang mempertemukan mereka, juga Himpunanlah yang memisahkan mereka, dan hal itu pasti bikin emosional. Di momen ini gue sadar bahwa pada akhirnya ada banyak hal yang sifatnya hanya sementara.
11. Quote bertebaran dan seharusnya bisa jadi tempat untuk refleksi diri dan dipraktikkan.
a. To be honest, gue punya tokoh idaman lain di buku ini selain Maraka. Dia adalah Yara, biasanya orang-orang manggil dia Kak Yara. Menurut gue, dia itu alpha female. Gue inget pas Dimas bilang gini ke Naya,
Apa jadinya ya, Nay, lo tanpa Yara? (Halaman 508)
Terus responnya Naya begini, "ancur sih kayaknya." Dari jawaban Naya itu gue langsung bisa menyimpulkan kalau Yara itu orangnya bisa merangkul orang-orang di sekitarnya. She knows what it takes to be the real leader, nggak salah kalau dia terpilih jadi Kepala Departemen Humas periode sebelumnya. Dan kata-kata dia yang membekas di hati dan pikiran gue adalah,
Semua pertanyaan cuma butuh jawaban dan semua kesalahan cuma butuh pengakuan dan kata maaf. (Halaman 424)
Quote di atas menurut gue sangat menampar kaum-kaum yang otaknya selalu berisik macam gue begini, hehe. Make it simple, semua pertanyaan itu cuma butuh jawaban.
b. Next, Naya meskipun kocak kayak begitu, dia tuh kalau ngobrol yang dibahas lumayan deep ya. Emang bestfriendnya Maraka banget sih ini, ternyata mereka se-frekuensinya ya gara-gara ini, obrolannya nyambung dan yang diobrolin berat.
We can't turn back the time, and we could never go to yesterday. Jadi percuma kalo gue nyesel dan terus mikirin; "ah coba aja kemarin, ah coba aja dulu" dan hal semacamnya. Yang ada malah bisa bikin gue nggak bersyukur dengan apa yang udah gue miliki hari ini.
Yang di bilang Naya ini menurut gue benar banget sih, we must appreciate little things in our life. Cara apresiasinya gimana? ya live in the moment tanpa harus menyesali masa lalu secara berlebihan. Regret is the most painful thing in life. Jangan cari yang tidak ada dan nikmati yang ada di depan mata.
c. Halaman 466, ini pas Ecan bayak di judge karena punya personality yang beda sama Dimas. Orang-orang pada skeptis duluan sama Ecan bahkan sebelum Ecan menjalankan kepengurusan.
Manusia, kadang memang hanya menilai dengan kasat mata. Hanya menilai dari apa yang terlihat di luar, malas memahami apa yang sebenarnya ada di dalam diri dan pikiran; sesuatu yang jauh lebih penting.
Menurut gue, the world is full of people who will judge you. Jadi, kalau pendapat mereka bikin insecure, segera ubah deh insecure itu jadi secure. Nggak perlu cepat-cepat, perlahan tapi pasti. Yakin deh satu demi satu milestone kehidupan akan terasa manis. Oh iya, berubah bukan untuk membuktikan ke mereka, tapi berubah untuk diri kita sendiri, diri kita yang lebih baik. Or sometimes, kita nggak perlu mendengarkan perkataan semua orang, karena apa yang orang lain lihat belum tentu sesuai sama diri kita. (Serius ini pesan buat gue juga)
Lagian kalau soal kepengurusan, prinsipnya gini, "if you walk alone, you reach quickly. But if we go together, we can go far." Himpunan itu bukan cuman butuh pemimpin yang cakap, tapi juga anggota yang tepat dan solid, "teamwork makes the dream works." Kalau keduanya bisa bekerja dengan baik, gue rasa Himpunan bakal tetap jalan. Tapi untuk mencapai hal itu memang butuh usaha dan perjuangan.
12. Typo di beberapa tempat. I mean sayang aja gitu karya sebagus ini dan udah naik cetak masih ada typo. Sebisa mungkin jangan sampai typo sih hehe, tapi kalau human error ya mau gimana. Yang gue tandain nggak banyak, cuman di halaman 313, 317, 352, 386, dan 521.
13. Ada beberapa chapter di wattpad yang tidak dimasukkan ke dalam buku. Mungkin pas masuk proses editing memang dihapus beberapa chapter. Padahal bagian yang dihilangkan itu menurut gue lumayan seru. Ya tapi mau gimana lagi, kalau semuanya dijadiin versi cetak mungkin bisa tembus 800 halaman ditambah chapter tambahan. Harganya bisa jauh lebih mahal hehe. Di bawah ini, beberapa chapter yang menurut gue seru, tapi di buku nggak ada.
Bagian ini tuh bikin gue terharu, gue bisa ngliyat betapa tulusnya Maraka pada Naya. Dia rela melakukan apapun demi sahabatnya itu. Dari kisah mereka, gue semakin yakin kalo persahabatan antara perempuan dan laki-laki itu memang ada. Btw, ini tuh scene pas Maraka ngajak pergi Naya buat ngehindar dari Jeffri. Mereka akhirnya kabur ntah kemana, bilangnya sih ke perpus tapi kayaknya nggak deh wkwkwk 😂 (Baca nomor 6).
0 Comments