![]() |
Image by Gerd Altmann from Pixabay
|
Yang tidak wajar adalah ketika eksklusivisme itu dibicarakan tidak pada tempatnya.
Untuk apa bicara tentang surga neraka versi kita pada umat yang berbeda?
Tak bisakah kita menjadi umat yang berpaham inklusif saja?
Tak pernahkah terpikir, jangan-jangan surga yang kita rindukan adalah surga yang sama.
Tiba-tiba sebagian kita dengan entengnya mengambil alih peran Tuhan.
Menentukan surga neraka bagi tiap insan.
Seolah paling tahu siksaan, keselamatan dan ampunan.
Tak tahukah keluasan kasih sayang Tuhan meliputi semua makhlukNya?
Sejak kapan Tuhan hadir dalam wujud pendendam yang nyata?
Padahal menghukum bukan lantaran dendam membara.
MarahNya pun hanya sementara, bukan untuk selamanya.
Berhenti menggunakan hak prerogatif Tuhan!
Tak perlulah kita mengambil wewenangNya menimbang-nimbang baik buruk amalan.
Menghukum dan mengampuni tiap kesalahan.
Bukan tugas kita, makhlukNya, yang amatiran.
0 Comments