Rudy Habibie -->

Rudy Habibie

Source: Kapanlagi.com


Sekali lagi kudengar warta masygul kepergian.
Pemilik mata bulat berkilat itu kembali ke haribaan.
Tak pelak jiwa-jiwa pilu turut merasa kehilangan.
Sang visioner, pemikir sejati yang citanya sampai dua puluh tahun ke depan.
Bukan lagi meccano dan kayu balsa yang diperhitungkan.
Dari Aachen mulai menyambung imajinasi Leonardo da Vinci dan inisiatif Wright bersaudara disempurnakan.

Ide besar rencana pembangunan Indonesia digaungkan bersama teman seperjuangan.
Hidup terbatas tak goyahkan derap kaki capai impian.
Hingga tubuh tak lagi kuat berdiri tegap, sampai di ujung kematian.
Tuntas ilmu didapatkan, karir cemerlang penuh kemudahan menggiurkan.
Tapi, tak ragu lepaskan jabatan mendengar penguasa tirani di tanah kelahiran.

Panggilan jiwa yang tak pernah dianggap salah, demi sebuah pengabdian.
Sayang, mimpi terhahan akibat klausul penghentian dana pengembangan.
Kekecewaan bertumpuk sekalipun tak menghilangkan cinta negeri dan kebangsaan.
Apa yang hendak dicari? Bukan kaya diri, pujian, apalagi kemasyhuran.
Bagi negeri semua didedikasikan.

Apa yang kukabarkan adalah pujian dimensi lain dari kesetiaan.
Sekali lagi kukatakan.
Setianya pada Ainun tak ada bandingan.
Tapi, cintanya untuk negeri juga tak terbantahkan.






Teruntuk Eyang Habibie yang lebih senang disebut sebagai pekerja keras yang setia pada cita-cita dan cintanya dibandingkan disebut jenius. Dan selalu ingin menjadi sumber mata air yang jernih untuk sekitar.

0 Comments

About | Contact Us | Privacy Policy | Disclaimer | Sitemap