[Review Buku] Sutopo Purwo Nugroho Terjebak Nostalgia - Fenty Effendy

[Review Buku] Sutopo Purwo Nugroho Terjebak Nostalgia

Nama Pak Topo menarik perhatian gue semenjak gempa Lombok tahun lalu. Di mata gue, Pak Topo orang yang sangat informatif dan tenang dalam menyampaikan berita-berita kebencanaan. Seringkali gue melihat nama Pak Topo wara-wiri di portal berita online untuk memberikan statement terkait bencana yang sedang terjadi.

Suatu waktu, gue membaca di salah satu portal berita online tentang penyakit yang diderita Pak Topo setahun belakangan. Ya! Gue baru tahu kalau Pak Topo menderita kanker paru-paru stadium IVB.

Beberapa kali Beliau diundang oleh Mbak Nana, entah di Mata Najwa on Stage atau di Narasi TV, membicarakan masalah mitigasi bencana, keluarga, bahkan penyakit Beliau. Sejak itu, gue semakin mengagumi sosok Pak Topo.

[Review Buku] Sutopo Purwo Nugroho: Terjebak Nostalgia

Pak Topo pernah mengirimkan pesan yang akhirnya menjadi ramai di kalangan wartawan.

Apakah ada yang berminat menerbitkan kisah hidup saya? Mungkin menarik kisah perjuangan hidup saya. Namun, jika tidak ada, juga tidak apa-apa. Terima kasih.

Mbak Nana yang kala itu mendengar berita simpang siur itu akhirnya menghubungi Pak Topo untuk mengonfirmasi pesan Beliau. Dijawab dengan antusias oleh Pak Topo.

Mbak Nana, ternyata ada beberapa orang yang mau menuliskan dan menerbitkan, tapi saya mau pilih Mbak Nana saja ya.

Mbak Nana kemudian mengajak sahabatnya, Fenty Effendy, dan penerbit Lentera Hati untuk bertemu Pak Topo. Dan mulailah proses penulisan itu.

Ada empat bagian besar plus epilog dalam buku ini. Secara umum menceritakan tentang pekerjaan Pak Topo yang berkaitan dengan kebencanaan (termasuk analisis Beliau tentang suatu bencana), kisah Pak Topo dari kecil hingga dewasa yang warna-warni, termasuk cerita ketika Beliau masuk ke jurusan yang ga sesuai ekspektasi, kisah cinta Pak Topo, dan perjuangan Pak Topo menghadapi penyakitnya.

What I like about this book

• Pertama, gue suka sama cover buku ini. Soft cover, tapi punya tekstur seperti kulit jeruk dan hurufnya timbul. Setelah gue cari di internet, namanya laster photo paper (kayaknya). 

• Tiap ganti bab ada halaman berwarna yang berisi quote atau catatan penting dari bab itu.

Salah satu quote dalam buku Sutopo Purwo Nugroho Terjebak Nostalgia

• Ada foto-foto Pak Topo kecil, lulus kuliah, wisuda s1-s3, ketika Beliau sedang bekerja, sampai ketika menerima penghargaan. Fotonya berwarna pula. Nice!

Foto-foto Pak Sutopo

• Ada indeks di bagian akhir buku, sehingga memudahkan gue untuk mencari topik tertentu di buku ini. Kalau di buku ini, indeksnya berisi nama-nama tokoh yang berkaitan dengan hidup Pak Topo.

• Gaya bahasa yang digunakan santai. Kalau gue boleh bilang, ini tuh gayanya Pak Topo banget. Seolah-olah Beliau yang bercerita langsung.

• Dan yang terakhir tentu saja isi dari buku ini. Banyak banget motivasi dan hal-hal menarik lainnya (misal surat dari Pak Topo untuk istrinya dulu), yang ditulis dengan sangat apik oleh Mbak Fenty.

Hidup itu bukan soal panjang-pendeknya usia, melainkan seberapa besar kita dapat membantu orang lain ~ Pak Topo

Perasaan gue campur aduk ketika membaca buku ini. Ada kalanya gue happy dan sangat penasaran dengan paparan yang disampaikan Mbak Fenty (penulis). Di bab lain gue bener-bener bangga sama Pak Topo. Di bab lain lagi gue dibuat terheran-heran karena Pak Topo begitu menyukai Raisa dan penyanyi-penyanyi lagu ballad lainnya. Terus, tiba-tiba gue bisa terharu membaca bab lainnya. Campur aduk~

What I dislike about this book

Yang ga gue suka cuman satu. Warna kertasnya putih banget kayak buku-buku pelajaran. Gue jadi inget buku kimia pas sma dulu. Kertasnya putih banget, ada warna oranye-oranye nya juga.

Btw, baunya aja kayak buku pelajaran. Hmmm...

Gue lebih suka baca buku (selain buku pelajaran) yang kertasnya agak kekuningan. Orang-orang bilangnya book paper.

----------------------------------

Well, secara keseluruhan gue suka banget sama buku ini. Terlebih karena gue lebih suka baca buku nonfiksi daripada buku fiksi. Hehe...

Buku ini bakalan cocok banget buat kamu yang lagi butuh suntikan semangat dalam menjalani hidup. Karena dari kisah Pak Topo kita belajar banyak hal. Semangat menjalani hidup di tengah keterbatasan dan penyakit yang diderita. Bagaimana Beliau berdedikasi terhadap pekerjaannya, keinginan untuk bermanfaat bagi sesama, dan motivasi terbesarnya untuk membahagiakan orang tua.

Salah satu bagian di buku ini yang bikin gue ketawa sekaligus sedih. Ckck...

*Selamat jalan, Pak Topo! Terima kasih atas semangat dan dedikasi Bapak selama ini. Bahkan setelah tiada, Bapak masih menginspirasi banyak orang melalui buku ini.

Yang t'lah kau buat sungguhlah indah, buat diriku susah lupa...